Kebanyakan isi puisi Chairil Anwar menggambarkan pemberontakan yang menggelora dari dalam jiwa. Sampai saat ini masih banyak karyanya yang menjadi kebanggaan dan sering dibawakan oleh orang-orang. Baca juga: Makna Puisi Pada Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono . Salah satu puisi karya Chairil Anwar adalah Sendiri, berikut puisinya: SendiriBuku ini berisi sajak-sajak terkemuka Chairil Anwar yang dihiasi dengan ilustrasi. Dari kumpulan sajak ini tercermin perjuangan yang tak pernah padam dan terus membahana dalam perjalanan waktu. Meski ia telah lama pergi, karya-karyanya masih dapat kita nikmati hingga sekarang. Sesuai judul bukunya, kumpulan puisi ini terdiri dari 2 bagian:
Berikut ini kasus intertekstual antara puisi sajak "Kusangka" karya Amir Hamzah dengan"Penerimaan" Chairil Anwar. Untuk mendapat makna penuh sebuah sajak, tidak boleh melupakan hubungan sejarahnya dengan keseluruhan sajak-sajak peyair sendiri, sajak-sajak sesamanya, maupun dengan sajak sastra zaman sebelumnya( Teeuw, 1983: 65).
Maret, 1943. Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949) Analisis Puisi: Puisi "Lagu Biasa" karya Chairil Anwar menggambarkan momen pertemuan dua individu yang baru saja berkenalan. Puisi ini menyoroti tema-tema seperti perasaan cinta, ketidakpastian, dan daya tarik antara dua orang. Pertemuan Pertama: Puisi ini menggambarkan zfSz.